Apa Itu Impostor Syndrome Dan Kenapa Banyak Orang Mengalaminya?



Pernah gak sih, kamu ngerasa kayak kamu gak pantes dapet apa yang kamu miliki sekarang? Misalnya, kamu baru aja naik jabatan di tempat kerja, atau berhasil mencapai sesuatu yang menurut banyak orang keren. Tapi, anehnya, kamu merasa kayak kamu cuma beruntung aja dan gak beneran layak untuk itu. Bahkan, kamu takut kalau suatu saat nanti orang lain bakal tahu kalau kamu sebenernya gak sekompeten yang mereka kira.

Perasaan ini gak jarang muncul, dan bahkan bisa dialami oleh siapa saja, gak peduli seberapa sukses atau terampilnya seseorang. Itu dia yang disebut dengan Impostor Syndrome. Mungkin kamu pernah denger istilah ini, atau bahkan mungkin kamu sendiri sering merasakannya. Banyak orang, termasuk para profesional sukses, mengalami perasaan seperti ini, merasa kalau pencapaian yang mereka raih gak sepenuhnya pantas mereka terima. Walaupun kenyataannya, mereka sudah bekerja keras dan punya kemampuan yang mumpuni.

Meskipun ini seringkali dianggap sebagai "kelemahan pribadi", faktanya Impostor Syndrome adalah fenomena psikologis yang sangat umum dan bisa terjadi pada siapa saja. Jadi, kenapa sih kita bisa merasa seperti penipu meskipun kita sudah berusaha dengan keras dan mendapatkan pengakuan atas usaha kita? Yuk, kita kupas lebih dalam tentang apa itu Impostor Syndrome dan kenapa banyak orang mengalami perasaan ini, meskipun mereka tampaknya sukses di luar.

Apa Itu Impostor Syndrome?

Impostor Syndrome adalah perasaan yang muncul ketika seseorang merasa bahwa mereka tidak pantas dengan keberhasilan yang mereka raih, meskipun secara objektif mereka sudah menunjukkan kemampuan yang luar biasa. Perasaan ini sering membuat orang merasa seolah-olah mereka sedang “menipu” orang lain dengan pencapaian mereka, dan bahwa suatu saat mereka akan ketahuan sebagai seseorang yang tidak layak mendapatkan kesuksesan itu.

Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, tidak peduli seberapa berprestasinya mereka. Seseorang yang mengalami Impostor Syndrome cenderung meremehkan diri mereka sendiri, sering kali merasa bahwa pencapaian yang mereka dapatkan itu bukan hasil dari usaha mereka, melainkan kebetulan, keberuntungan, atau bahkan bantuan orang lain yang tak tampak. Mereka merasa bahwa jika orang lain tahu lebih banyak tentang diri mereka, mereka akan dianggap tidak cukup kompeten atau bahkan “penipu”.

Contohnya, kamu mungkin pernah merasa bangga karena berhasil menyelesaikan proyek besar di tempat kerja atau meraih prestasi di bidang tertentu. Tapi, di balik perasaan bangga itu, ada suara kecil yang terus mengingatkanmu bahwa kamu mungkin hanya kebetulan berhasil, dan itu bukan karena keahlian atau usaha kerasmu. Ini adalah ciri khas dari Impostor Syndrome, seseorang yang merasa bahwa mereka tidak sepenuhnya layak atas prestasi mereka, meskipun bukti-bukti menunjukkan sebaliknya.

Meskipun sering dianggap sebagai perasaan yang hanya muncul pada individu yang kurang percaya diri, Impostor Syndrome bisa terjadi pada orang-orang yang sebenarnya sangat sukses. Para profesional, akademisi, seniman, bahkan pengusaha besar pun bisa merasa seperti mereka tidak pantas mendapatkan kesuksesan yang mereka capai. Kadang-kadang, mereka bahkan merasa takut untuk menerima pujian atau mengakui keberhasilan mereka karena merasa itu berlebihan atau tidak sesuai dengan apa yang mereka anggap pantas.

Perasaan ini sering kali datang dengan rasa takut bahwa suatu saat orang lain akan mengetahui kekurangan atau ketidakmampuan mereka, meskipun kenyataannya mereka sudah menunjukkan kinerja yang sangat baik. Perasaan ini bisa sangat membatasi, menghalangi seseorang untuk merayakan pencapaian mereka dengan sepenuh hati dan bahkan bisa membuat mereka terus merasa cemas tentang kemampuan mereka.

Kenapa Banyak Orang Mengalaminya?

Impostor Syndrome bisa dialami oleh siapa saja, dari yang baru memulai karier hingga para profesional yang sudah berpengalaman. Lalu, apa sih yang menyebabkan banyak orang merasa seperti penipu meskipun mereka jelas-jelas berprestasi? Ada beberapa faktor yang bisa memicu munculnya perasaan ini.

1. Perbandingan Sosial yang Berlebihan

Di era media sosial seperti sekarang, kita sering kali terpapar dengan pencapaian orang lain yang tampaknya jauh lebih impresif. Lihat saja di Instagram atau LinkedIn, banyak orang yang memamerkan pencapaian atau kesuksesan mereka, seolah-olah hidup mereka sempurna. Hal ini membuat kita jadi sering membandingkan diri kita dengan orang lain, padahal belum tentu apa yang mereka tunjukkan itu adalah gambaran lengkap dari kehidupan mereka.

Ketika kita terus-menerus membandingkan diri dengan pencapaian orang lain yang terlihat lebih baik atau lebih sukses, kita bisa merasa kurang atau bahkan tidak layak dengan apa yang kita miliki. Perasaan ini memperburuk Impostor Syndrome, karena kita merasa kesuksesan kita gak sebanding dengan yang orang lain capai, meskipun kenyataannya kita sudah berusaha dengan keras.

2. Perasaan Tidak Pantas

Banyak orang yang merasa tidak pantas meraih apa yang sudah mereka dapatkan. Mereka berpikir bahwa keberhasilan mereka hanyalah sebuah kebetulan atau karena faktor eksternal, bukan karena kemampuan atau usaha mereka sendiri. Misalnya, seseorang yang baru saja dipromosikan di tempat kerja mungkin merasa bahwa mereka hanya dipilih karena timing yang tepat atau karena faktor politis, bukan karena kinerja mereka yang luar biasa.

Perasaan ini sering datang karena kita merasa tidak cukup kompeten atau merasa kalau kesuksesan kita lebih karena "keberuntungan" daripada skill yang kita miliki. Padahal, banyak orang melihat kita sebagai sosok yang sukses dan berbakat. Inilah yang menciptakan jurang antara persepsi diri dan kenyataan objektif.

3. Perfeksionisme

Orang dengan kecenderungan perfeksionis sering merasa bahwa hasil kerjanya selalu kurang atau tidak sempurna. Mereka menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri sendiri dan merasa bahwa pencapaian yang mereka raih tidak cukup baik, meskipun sudah lebih dari cukup di mata orang lain. Perfeksionisme ini sering kali berakar dari rasa takut gagal atau takut tidak memenuhi ekspektasi orang lain.

Ketika seseorang memiliki standar yang terlalu tinggi, mereka akan selalu merasa bahwa mereka belum cukup "cukup" dan terus menerus merasa bahwa apa yang mereka lakukan masih kurang. Ini adalah salah satu pemicu utama Impostor Syndrome, karena mereka merasa bahwa meskipun mereka berhasil, pencapaian mereka masih jauh dari sempurna.

4. Norma Sosial atau Budaya

Beberapa budaya atau lingkungan sosial tertentu menuntut standar yang sangat tinggi dan menekankan prestasi sebagai ukuran utama keberhasilan. Dalam budaya yang sangat kompetitif, seseorang bisa merasa bahwa mereka harus terus-menerus tampil hebat dan selalu berprestasi. Jika ada momen di mana mereka merasa "kurang" atau "gagal", perasaan ini akan semakin kuat dan membuat mereka merasa tidak layak dengan kesuksesan yang mereka capai.

Di beberapa bidang, seperti akademik atau profesional, tekanan untuk selalu unggul bisa sangat besar. Dalam konteks ini, Impostor Syndrome muncul sebagai respons terhadap standar tinggi yang tidak realistis, di mana seseorang merasa mereka tidak cukup memenuhi harapan yang ada, meskipun mereka sebenarnya sudah memberikan yang terbaik.

5. Pengalaman Masa Lalu dan Trauma Psikologis

Bagi sebagian orang, pengalaman masa lalu seperti kritik yang berlebihan, kegagalan besar, atau trauma psikologis, dapat membentuk pola pikir negatif yang memperburuk perasaan Impostor Syndrome. Jika seseorang pernah mengalami kegagalan atau penolakan yang menyakitkan, mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak akan pernah bisa mencapai sesuatu yang berarti lagi. Pengalaman negatif ini kemudian mempengaruhi cara mereka memandang diri sendiri, dan mereka terus merasa tidak cukup baik meskipun mereka sudah berhasil mengatasi banyak tantangan.

Bagaimana Mengatasinya?

Meskipun Impostor Syndrome bisa terasa sangat mengganggu dan membatasi, kabar baiknya adalah bahwa ada beberapa cara yang bisa membantu kita mengatasinya. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan perasaan ini:

1. Sadari Bahwa Perasaan Itu Normal dan Bukan Cerminan Kebenaran

Langkah pertama yang sangat penting adalah menyadari bahwa perasaan ragu dan tidak layak itu sangat umum dan hampir semua orang mengalaminya, termasuk orang-orang yang sangat sukses. Kamu tidak sendirian. Cobalah untuk menerima bahwa perasaan ini adalah bagian dari proses yang bisa dialami oleh siapa saja. Mengakui bahwa perasaan ini hanyalah sebuah persepsi dan bukan kenyataan yang objektif, bisa membantu kamu melepaskan sedikit beban yang ada.

Perasaan Impostor Syndrome bisa datang dan pergi, tapi itu bukan berarti kamu benar-benar tidak kompeten atau tidak pantas. Ini adalah sebuah ilusi psikologis yang tidak mendefinisikan dirimu.

2. Berbicara dengan Seseorang yang Kamu Percayai

Membicarakan perasaan ini dengan orang yang kamu percayai, baik teman dekat, mentor, atau kolega, bisa sangat membantu. Terkadang, kita membutuhkan perspektif luar untuk melihat hal-hal secara lebih objektif. Ketika orang lain memberi feedback positif tentang kerja kerasmu atau pencapaianmu, hal itu bisa membantu meredakan perasaan negatif yang tidak realistis.

Selain itu, berbicara dengan orang lain juga bisa menunjukkan bahwa perasaan tersebut bukan hal yang asing. Seringkali, orang yang kamu anggap sangat sukses pun mungkin mengalami hal yang sama. Dengan berbicara tentang hal ini, kamu bisa merasa lebih lega dan mungkin mendapatkan tips atau saran dari mereka yang sudah menghadapinya.

3. Catat Pencapaianmu dan Rayakan Setiap Langkah Kecil

Kadang-kadang, kita terlalu fokus pada tujuan besar dan lupa untuk merayakan pencapaian kecil yang kita raih. Membuat catatan tentang apa saja yang sudah kamu capai, baik besar maupun kecil, bisa membantu mengingatkanmu akan kemajuan yang telah kamu buat. Ini bisa memberi perspektif yang lebih realistis tentang kemampuanmu dan mengurangi perasaan bahwa pencapaianmu hanya kebetulan.

Cobalah untuk merayakan setiap kemenangan, bahkan yang terkecil sekalipun. Setiap langkah yang kamu ambil adalah bukti bahwa kamu mampu dan layak dengan apa yang kamu raih. Ingat, tidak ada pencapaian yang terlalu kecil untuk dihargai!

4. Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Membandingkan diri dengan orang lain adalah salah satu pemicu utama Impostor Syndrome. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing dan perjalanan hidup yang unik. Apa yang terlihat di media sosial atau dalam kehidupan orang lain mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan. Fokuslah pada perjalanan dan perkembangan dirimu sendiri.

Jika kamu merasa tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain, coba ubah perspektifmu. Alihkan perhatianmu pada pencapaian pribadimu dan betapa jauh kamu sudah melangkah, bukan pada apa yang orang lain capai.

5. Praktikkan Self-Compassion (Kebaikan Terhadap Diri Sendiri)

Seringkali, orang yang mengalami Impostor Syndrome terlalu keras pada diri mereka sendiri. Mereka merasa harus sempurna dan tidak pernah melakukan kesalahan. Namun, ini justru membuat perasaan Impostor Syndrome semakin kuat. Cobalah untuk lebih bersikap baik dan pengertian terhadap dirimu sendiri. Jika kamu melakukan kesalahan, terimalah itu sebagai bagian dari proses belajar dan berkembang.

Praktikkan self-compassion atau kebaikan terhadap diri sendiri. Ingat bahwa setiap orang memiliki kelemahan dan kekurangan, dan itu adalah hal yang wajar. Menerima ketidaksempurnaan diri sendiri akan membantu kamu merasa lebih tenang dan tidak terlalu tertekan oleh perasaan tidak layak yang muncul.

6. Ubah Pola Pikir dari "Saya Tidak Cukup Baik" Menjadi "Saya Berkembang"

Salah satu cara untuk melawan Impostor Syndrome adalah dengan mengubah pola pikir kita. Alih-alih berpikir bahwa kamu tidak cukup baik atau tidak pantas, ubah pandanganmu menjadi: "Saya masih dalam proses belajar dan berkembang." Semua orang memiliki titik awal dan perjalanan mereka sendiri. Tidak ada yang langsung sempurna.

Dengan pola pikir ini, kamu akan lebih mudah menerima kegagalan sebagai bagian dari perjalanan dan bukan sebagai bukti bahwa kamu tidak layak. Setiap pengalaman, baik itu sukses atau gagal, adalah kesempatan untuk berkembang dan menjadi lebih baik.

7. Tantang Pikiran Negatif dengan Fakta

Salah satu cara untuk menghadapi perasaan Impostor Syndrome adalah dengan menantang pikiran negatif yang muncul. Ketika perasaan ragu mulai datang, coba berhenti sejenak dan pikirkan bukti-bukti konkret yang menunjukkan bahwa kamu sebenarnya mampu dan kompeten. Ingat pencapaian-pencapaian yang sudah kamu raih dan orang-orang yang mengakui kemampuanmu.

Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah ada bukti yang menunjukkan bahwa saya tidak kompeten?" Biasanya, kamu akan menemukan bahwa pikiran negatifmu tidak didasarkan pada kenyataan, dan itu akan membantu meredakan perasaan Impostor Syndrome.



Dengan langkah-langkah ini, kamu bisa mulai mengatasi Impostor Syndrome dan belajar untuk menerima kesuksesan serta kemampuan dirimu sendiri. Mengatasi perasaan ini memang bukan hal yang mudah, tetapi dengan waktu dan usaha, kamu bisa meraih kepercayaan diri yang lebih besar dan menghargai pencapaianmu dengan sepenuh hati. Jangan biarkan perasaan Impostor Syndrome menghalangimu untuk terus berkembang!




Impostor Syndrome adalah perasaan yang sangat manusiawi dan bisa dialami oleh siapa saja, dari yang masih belajar hingga para profesional yang sudah sangat sukses. Meskipun perasaan ini bisa sangat mengganggu, hal terpenting yang perlu diingat adalah bahwa kamu tidak sendirian. Banyak orang, bahkan mereka yang kamu anggap sukses, juga pernah merasakan hal yang sama. Perasaan ini bukanlah penilaian objektif terhadap kemampuanmu, melainkan persepsi yang bisa diubah seiring waktu dan usaha.

Perjalanan untuk mengatasi Impostor Syndrome memang tidak mudah, tetapi dengan mengenali gejala-gejalanya, berbicara dengan orang lain, merayakan pencapaian kecil, dan mengubah cara berpikir, kamu bisa membangun kepercayaan diri yang lebih kuat dan lebih sehat. Ingat, kamu tidak perlu sempurna untuk sukses. Setiap langkah kecil yang kamu ambil adalah bukti bahwa kamu mampu, dan itu cukup. Jangan biarkan perasaan tidak layak menghentikanmu dari meraih apa yang pantas kamu dapatkan.

Jadi, jika kamu merasa seperti "penipu" atau meragukan pencapaianmu, ingatlah bahwa itu hanyalah suara kecil dalam pikiranmu yang tidak mencerminkan kenyataan. Kamu telah bekerja keras dan kamu pantas untuk sukses. Daripada membiarkan Impostor Syndrome menguasai dirimu, gunakan itu sebagai motivasi untuk terus maju, berkembang, dan merayakan perjalanan hidupmu.

Jangan takut untuk merayakan dirimu sendiri dan semua yang telah kamu capai, karena kamu adalah orang yang layak untuk sukses!
Lebih baru Lebih lama